Newest Post

Camera Angle, Berbagai Sudut Pengambilan Gambar

| Senin, 23 Februari 2015
Baca selengkapnya »

Camera Angle, Berbagai Sudut Pengambilan Gambar


Camera Angle atau sering disebut sebagai sudut pengambilan gambar dengan kamera, merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk menyampaikan pesan melalui penempatan kamera pada sudut dan ketinggian tertentu. Camera Angle bukan hanya masalah teknis semata, dengan menempatkan kamera dari sudut pandang yang tepat, maka akan mampu berbicara banyak hal dan menghasilkan nilai dramatik dalam sebuah adegan yang dapat mempengaruhi emosi penonton.
Secara umum Camera Angle dalam pengambilan gambar dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
  1. High Angle.
High Angle (bird Eye View) merupakan sudut pengambilan gambar yang dilakukan dengan menempatkan kamera lebih tinggi dari subyek yang diambil gambarnya. Pengambilan gambar bisa dari belakang, depan maupun samping. Tiga sudut pandang yang umum digunakan dalam pengambilan shot ini diantaranya (a) High angle shot, (b) Very high angle shot dan (c) Overhead shot (top angle).

pengambilan gambar - high angle shot
high angle shot

Dengan menggunakan high angle subyek dapat dicitrakan tidak mempunyai kekuatan, terkesan lebih kecil, menjadi lemah, merasa tertekan, kesedihan yang mendalam, inferior, maupun hal lain yang bersifat minor. Subyek-subyek dalam shot ini contohnya seorang terdakwa dalam sebuah persidangan, orang yang dieksekusi mati,  orang sakit dan lain sebagainya.
Selain digunakan untuk melemahkan posisi subyek, pegambilan gambar dengan high angle juga bisa digunakan untuk menciptakan kesan yang luas pada sebuah area.

high angle - melukis
high angle - melukis

high angle - Solo Car Free Day
high angle - Solo Car Free Day

high angle - Kota Solo
high angle - Kota Solo

Pengambilan gambar high angle dapat menggunakan peralatan portal jib, jimmyjib, helicam, crane atau dengan alat apapun asal kamera dapat diposisikan lebih tinggi dari subyek.
  1. Normal Angle
Normal Angle (Stright Angle/Chest Level/Eye Level) merupakan teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera sejajar secara horisontal dengan ketinggian subyek, bisa setinggi dada ataupun setinggi penglihatan subyek.
normal angle shot
normal angle shot

normal angle - Penari
normal angle - Penari Solo

normal angle - Ternak
normal angle – Ternak
Pengambilan gambar Normal Angle banyak digunakan pada adegan-adegan yang standar, baik saat dialog dalam film fiksi maupun pada saat wawancara pada film dokumenter.
  1. Low Angle
Low Angle (Frog Eye View) merupakan teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera berada lebih rendah secara horisontal dari subyek yang akan dibidik. Tiga sudut pandang yang umum digunakan dalam pengambilan shot ini diantaranya: 
(a) Low Angle Shot, 
(b) Very low angle shot, 
(c) botom angle.

low angle shot
low angle shot

Pengambilan gambar dengan Low Angle biasa digunakan untuk memberi kesan lebih kuat, berkuasa, kokoh dan superior. Subyek gambar bisa berupa manusia, binatang, arsitektur atau apapun. Pada beberapa kasus, pengabilan gambar dengan teknik ini biasa diambil untuk subyek raja agar tampak berwibawa, bangunan istana yang megah, dan lain sebagainya.

low angle - pamer gambar
low angle - pamer gambar

low-angle-bersepeda
Low angle - bersepeda

low-angle-shot
Low Angle – Gapura Sriwedari Solo

sekian dulu dari saya tentang penjelasan sudut pengambilan gambar atau biasa disebut 'Camera Angel'. Thanks :)

Camera Angle, Berbagai Sudut Pengambilan Gambar

Posted by : Unknown
Date :Senin, 23 Februari 2015
With 0komentar

Gerakan Kamera Untuk Menghidupkan Suasana

|
Baca selengkapnya »

8 Gerakan Kamera Untuk Menghidupkan Suasana

 Gerakan kamera (Camera Movement) merupakan sebuah aktivitas membangun suasana dramatik dalam sebuah shot video maupun film dengan cara menggerakan kamera. Banyak alasan kenapa kamera harus digerakkan, selain dapat membangun suasana dramatis, penggunaan gerakan kamera secara tepat dapat menciptakan visual lebih dinamis, mengarahkan perhatian penonton pada subyek tertentu, mengungkap maupun menyembunyikan dimensi ruang, dan dapat juga untuk menciptakan visual yang lebih ekspresif.

gerakan kamera

Beberapa macam gerakan kamera
Menggerakkan kamera dalam shot film haruslah mimiliki alasan yang cukup kuat, hal ini bertujuan untuk menghindari shot-shot tidak penting yang hanya akan memperpanjang durasi film namun tak mampu berbicara apapun. Ada 8 teknik dasar gerakan kamera yang dapat digunakan dalam pengambilan gambar. Dari masing-masing teknis juga dapat dilakukan kombinasi agar hasil visual lebih variatif.
Teknik dasar gerakan kamera tersebut diantaranya :
1. Zoom
Zoom/zooming merupakan gerakan paling dasar, yakni dengan cara mendekati atau menjauhi obyek secara optik dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut pandang sempit ke sudut pandang lebar, atau sebaliknya. Gambar yang dihasilkan dari gerakan ini adalah subyek seolah-olah mendekat (Zoom in) dan subyek seolah-olah menjauh (Zoom out).
Perubahan ukuran subyek secara visual akan terjadi pada satu frame, misalanya dari Long Shot menjadi Medium Shot atau yang lainnya. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan posisi kamera tetap diam maupun dikombinasi dengan gerakan kamera lainnya.
Melakukan zoom in biasa digunakan untuk memperjelas sesuatu hal yang lebih penting, baik pada subyek maupun sebuah kejadian. Pandangan yang semula mempunyai banyak subyek dapat dikerucutkan menjadi satu atau beberapa subyek saja. Sedangkan zoom out lebih banyak dilakukan untuk menarik penonton agar mengetahui ruang dimana subyek berada, juga untuk menunjukkan ada banyak hal penting yang juga bisa dilihat disekitar subyek.
Untuk banyak adegan, penggunaan zoom tidak begitu efektif digunakan. Penggunaan Cut-to Cut saat editing dapat mempersingkat durasi meski apa yang ingin disampaikan lewat gambar adalah sama.
2. Dolly
Dolly (Track) adalah pengambilan gambar mendekati atau menjauhi subyek dengan menggerakkan kamera di atas tripot atau dolly. Pengambilan gambar dengan cara ini biasanya kamera lebih dapat dirasakan seolah-olah menjadi mata penonton, gerakan kamera dapat mewakili gerakan penonton sehingga mereka dapat dibawa ikut terlibat dalam sebuah peristiwa film.
Dolly in atau kamera mendekati subyek, biasanya digunakan untuk membawa perasaan penonton untuk lebih berani, kuat, dan siap menghadapi tantangan. Sedangkan Dolly out (menjauhi subyek) bisa digunakan untuk mewakili perasaan kecewa, takut, dan merasa inferior.
Sebagaimana penggunaan zoom in, gerakan Dolly in yang mendekati subyek dapat membawa penonton pada satu titik pusat perhatian, perasaan tegang dan membangun rasa keingintahuan. Sedangkan proses pelepasan ketegangan dapat dilakukan dengan dolly out.
3. Pan 
Pan/Panning merupakan gerakan kamera menoleh kekiri (Pan left) dan kekanan (Pan right). Ada banyak fungsi dalam shot ketika melakukan paning meski pada prinsipnya dengan menggunakan gerakan yang sama.
Gerakan pan yang sering digunakan dalam pengambilan gambar secara umum adalah Follow pan, yakni gerakan kamera mengikuti subyek bergerak (travelling), hal ini biasanya untuk mempertahankan komposisi visual agar tetap proporsional dalam frame, memberi head space maupun walking space sehingga subyek tidak terpotong saat melakukan gerakkan tertentu..
Gerakan paning juga dapat dilakukan untuk pengambilan gambar pada obyek yang tak bergerak, misalkan kondisi ruangan, foto-foto yang berjajar di dinding, suasana kota atau yang lainnya. Hal ini untuk membangun suasana lingkungan dimana subyek berada sekaligus menciptakan interaksi visual antara subyek dengan lingkungannya (survening pan).
Interupted pan juga merupakan salah satu gerakan kamera jenis pan. Teknik ini digunakan saat ingin menghubungkan dua subyek yang berbeda dalam satu shot. Misalnya, awal shot melakukan follow pan pada satu subyek yang berjalan di pertokoan, kamera tiba-tiba berhenti dan fokus melakukan follow pan pada sosok anak kecil yang mencoba mencuri salah satu makanan dalam toko tersebut. Contoh lain misalnya ketika sebuah adegan dimana subyek meninggalkan ruang, kamera bergerak ke arah handphone yang ketinggalan di meja.
Gerakan paning juga bisa digunakan untuk transisi antara dua shot, istilah yang populer digunakan adalah whipe pan, yakni melakukan gerakan paning secara cepat antara shot satu dengan lainnya. Penggunaan transisi ini dapat menciptakan gambar yang lebih dinamis dan mempersingkat waktu dalam sebuah kejadian yang memiliki hubungan sebab akibat.
4. Crab
Crab/crabing adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang berjalan. Gerakan crab hampir sama dengan Dolly, perbedaanya hanya pada arah gerakan kamera. Jika Dolly bergerak maju mundur maka crab bergerak kekiri (Crab left) dan kekanan (Crab right). 
5. Tilt 
Tilt/Tilting adalah gerakan kamera secara vertical, mendongak dari bawah ke atas (Tilt up) maupun dari atas ke bawah (Tilt down). Gerakan tilting banyak digunakan untuk menggiring mata penonton pada aktivitas tertentu pada subyek, misalnya shot dimulai dengan wajah perempuan menangis menunduk kebawah, kamera melakukan tilt down, dan shot berakhir pada jemarinya yang bergetar sedang membaca/membalas sms dari seseorang, mungkin sedang diputus pacarnya.
Proses sebab-akibat dapat diciptakan dengan tilting, pada adegan diatas sebenarnya juga bisa saja dibalik dengan melakukan tilt up, yakni dimulai dari shot jemari bergetar menulis sms, kemudian tilt up pada wajah yang menangis.
6. Pedestal (Ped) 
Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Portal-Jip TravellerPedestal up merupakan istilah yang digunakan untuk gerakan kamera yang dinaikan, sedangkan Pedestal down merupakan gerakan kamera yang diturunkan.
7. Arc 
Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
8.  follow
Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak, bisa dengan pan, tilt, ped atau yang lainnya. Untuk menciptakan gambar yang lebih dinamis bisa juga mennggunakan crane, atau dapat juga dilakukan dengan handheld. Crane sangat memungkinkan menggabungkan beberapa gerakan kamera sehingga gambar dapat terlihat dinamis.

oke cukup ini dulu yang dapat kusampaikan, semoga bermanfaat bagi semuanya ya guys :)

Gerakan Kamera Untuk Menghidupkan Suasana

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

Tipe Shot Dalam Pengambilan Gambar Film

|
Baca selengkapnya »


14 Tipe Shot Dalam Pengambilan Gambar Film

Dalam produksi video maupun film, ada sekitar 14 tipe shot dalam pengambilan gambar
yang biasa digunakan sebagai acuan para tim produksi (khususnya departemen kamera),
masing-masing tipe shot tersebut memiliki fungsi berbeda, hal ini disesuaikan dengan
isi pesan yang ingin disampaikan melalui bahasa visual.

Terminologi tipe shot (Shot size/type of shot atau ukuran shot),
sampai saat ini memang sangat bervariasi di lingkungan produksi audio visual,
meski demikian tetap ada prinsip-prinsip dasar yang sama dalam implementasinya.
Pemberian nama dan pedoman untuk beragam tipe shot tersebut sampai saat ini
seolah telah menjadi  “kesepakatan” umum di industri video, film dan televisi.
Macam-macam Tipe Shots dalam pengambilan gambar yang sering digunakan dalam produksi film dan 
video diantaranya :
1. EWS (Extreme Wide Shot)
Extreme wide shot merupakan tipe shot yang digunakan untuk menunjukkan sebuah
lingkungan dimana subyek film berada. Tipe shot ini seringkali dipakai untuk membangun
suasana sebuah adegan, subyek film terkadang hampir tak tampak dalam visual karena
penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim.
Extreme Wide Shot
EWS (Extreme Wide Shot)
Tipe shot EWS juga sering digunakan dalam film kolosal yang melibatkan ribuan subyek,
dengan menggunakan tipe shot ini jumlah pasukan skala besar dan megah dapat digambarkan
secara sempurna.

2. Very Wide Shot (VWS)
Very Wide Shot merupakan tipe shot sangat luas, namun secara visual lebih sempit
jika dibandingkan dengan tipe Extreme wide shot. 
Very Wide Shot
Very Wide Shot (VWS)
Pengambilan gambar dengan tipe Very Wide Shot ini masih sangat memungkinkan
untuk mengambil banyak subyek dalam sebuah frame. Meskipun subjek film
sudah dapat terlihat dengan shot ini, tetapi belum ada penekanan, karena tipe shot
ini masih dalam rangka membangun suasana lingkungan dimana subyek film berada.

3. Wide Shot (WS)
Dalam tipe Wide Shot, subjek sudah dapat diidentifikasikan dengan jelas karena
telah memenuhi frame gambar meski terdapat jarak diatas kepala dan dibawah kaki.
Penggunaan jarak diatas dan dibawah subyek tersebut digunakan untuk “ruang aman”
agar lebih nyaman untuk dilihat.
Wide Shot (WS)
Wide Shot (WS)
Tipe Wide Shot di beberapa lingkungan produksi juga sering disebut Long Shot, 
Full Shot dan Total Shot, dimana subyek ditampilkan secara keseluruhan.

4. Mid Shot (MS)
Mid Shot atau sering disebut juga sebagai Medium Shot merupakan tipe shot yang
menunjukkan beberapa bagian dari subjek secara lebih rinci, pada subyek manusia
tipe shot ini akan menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.
Mid Shot (MS)
Mid Shot (MS)
Tipe Mid Shot masih memiliki ruang untuk memberi keleluasaan subyek dalam bergerak,
tipe shot ini sering juga digunakan sebagai permulaan pengambilan gambar sebelum
kameraman mengambil gambar lebih dekat untuk mengekpose reaksi dan emosi subyek.
Bagi penonton tipe shot ini masih dirasakan seolah-olah mereka sedang melihat seluruh subjek.
Tipe shot ini sering digunakan saat subyek berbicara untuk memberi informasi,
misalnya pada waktu wawancara, pengambilan gambar presenter televisi maupun
saat dialog dalam film fiksi.

5. Medium Close Up (MCU)
Medium Close Up merupakan jenis shot untuk menunjukkan wajah subyek agar
lebih jelas dengan ukuran shot sebatas dada hingga kepala.
Medium Close Up
Medium Close Up (MCU)
Ekpresi wajah dari tipe shot ini sudah bisa ditangkap melalui frame kamera.

6. Close Up (CU)
Tipe shot Close Up sering digunakan untuk menekankan keadaan emosional subyek.
Tipe shot ini biasanya mengambil subyek manusia hanya bagian kepala saja.  
Close up juga berguna untuk menampilkan detail dan dapat digunakan sebagai cut-in.
Close Up (CU)
Close Up (CU)
Wide Shot dan Mid Shot biasa digunakan untuk memberikan fakta-fakta dan informasi umum,
sedangkan pengambilan gambar dengan tipe close up dapat digunakan untuk merekam
ekspresi wajah subyek lebih mendalam, sehingga penonton dapat turut merasakan emosi
yang diutarakan oleh subyek.

7. Extreme Close Up (ECU, XCU)
ECU (juga dikenal sebagai XCU) merupakan tipe shot untuk menampilkan detail obyek,
misalnya mata, hidung, atau telinga.
Extreme Close Up (ECU, XCU)
Extreme Close Up (ECU, XCU)
Melakukan pengambilan gambar dengan Extreme Close Up perlu pertimbangan khusus,
hal ini jarang sekali dilakukan apabila tidak ada alasan yang kuat.

8. Cut-In (CI)
Cut-In adalah tipe shot yang diambil secara khusus dengan menunjukkan beberapa bagian
dari subjek secara rinci.
Cut-In (CI)
Cut-In (CI)
Hal ini biasanya digunakan untuk menekankan emosi subyek, misalnya gerakan tangan,
gerakan kaki, atau yang lainnya sehingga bisa menunjukkan antusiasme, agitasi, kegelisahan,
atau apapun yang dialami subyek.

9. Cutaway (CA)
Cutaway adalah jenis shot yang digunakan untuk membangun situasi, subjek bisa berbeda,
misalnya hewan kesayangan milik subyek, bagian yang berbeda dari subjek misalnya properti
milik subyek, atau apa pun.
Cutaway (CA)
Cutaway (CA)
Cutaway ini bisa digunakan sebagai penguat suasana shot dan
menambah informasi tertentu tentang subyek melalui bahasa visual.

10. Two Shot
Two Shot merupakan tipe shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame kamera,
tipe shot ini dapat digunakan untuk membangun hubungan antara subjek satu dengan lainnya,
masing-masing subyek dapat saling berinteraksi dan terlibat dalam gerakan atau tindakan
dalam pengambilan gambar.
Two Shot
Two Shot
Tipe shot ini juga sering digunakan ketika dua presenter sedang membawakan acara
ataupun memperkenalkan dua orang secara bersamaan.

11. Over the Shoulder Shot (OSS)
Over the Shoulder Shot merupakan tipe shot yang dilakuakan untuk dua subyek,
namun pengambilan gambar dilakuakan dari belakang bahu salah satu subyek.
Orang yang dihadapi subjek biasanya harus menempati sekitar 1/3 frame.

Over the Shoulder Shot (OSS)
Over the Shoulder Shot (OSS)
Tipe shot ini biasa digunakan dalam sebuah percakapan dua subyek, Framing gambar
bisa dilakukan bergantian sehingga visual dapat terlihat dinamis.

12. Noddy Shot
Noddy Shot biasanya digunakan dalam wawancara maupun dialog.
Noddy Shot
Noddy Shot
Tipe shot ini juga digunakan untuk menangkap respons maupun reaksi salah satu subyek
saat subyek lain bicara dalam pengambilan gambar Over the Shoulder shot.

13. Point-of-View Shot (POV)
Point-of-view shot  adalah tipe shot yang menunjukkan sesuatu dari sudut pandang subjek,
dalam hal ini fungsi kamera sebagai mata subjek.
Point-of-View Shot (POV)
Subyek melihat gambar tangan

gambar tangan
gambar tangan sebagai Point of View Shot (POV)

14. Weather Shot
Weather Shot merupakan tipe shot yang menjelaskan tentang cuaca dimana subyek berada.
Weather Shot
Weather Shot

Shot-shot cuaca biasanya juga dapat digunakan untuk mewakili suasana hati subyek.

sekian dulu macam-macam dari tipe shot dalam pengambilan gambar, thanks to wacthing :)

Tipe Shot Dalam Pengambilan Gambar Film

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

Contoh Macam-Macam Sistem Operasi Berbasis Linux, Unix, Dan Windows

| Selasa, 10 Februari 2015
Baca selengkapnya »

1.    Daftar Turunan Linux

10 Contoh Distro Linux Buatan Luar Negeri:
1.  Lycoris
2.  Xandros
3.  Lindows
4.  Linare
5.  Debian / GNU Linux
6.  Linux-Mandrake
7.  Red Hat Linux
8.  Slack ware
9.  Turbo Linux
10.  Knoppix

10 Contoh Distro Linux Buatan Dalam Negeri:
1.       Trustix Merdeka
2.       Bijax
3.       WinBI
4.       Rimbalinux
5.       Trust Café
6.       ROSe
7.       Linux Sehat
8.       Komura
9.       De2 (Debian Depok)
10.   DeAI (Debian Alternatif)
11.   De2.UI Debian Depok 
12.   BlankOn 1.0
13.   InulLinux
14.   Dolly Linux
15.   Xnuxer
16.   Waroeng IGOS
17.   17 IGOS Desktop
18.   SLAMPP
19.   Pinux
20.   Linux Ampera
21.   Diskotix
22.   Pazia Linux
23.   IGOS Nusantara 2006
24.   PC Linux Fiesta
25.   CHIPLux
26.   Kuliax
27.   Depdiknus
28.   LiGOS AWALLI
29.   ZenCafe
30.   Sindos
31.   togeT GNU ? Linux
32.   Dewalinux
33.   Linux GSI
34.   Av!kom
35.   Singkong Linux
36.   ETIX
37.   BRIKER
38.   TeaLinux
39.   POCI Linux
40.   Ayu OS
41.   PERISAI Anak
42.   Linux BIASAWAE
43.   Jangkar Linux
44.   KGOS
45.   Tajdid Linux
46.   Bandit OS
47.   Linux Banten
48.   eNusakambangan OS
49.   Sinau
50.   Garuda OS
51.   Iptenux
52.   Orasinux
53.   Sekolahnux
54.   School Onffline
55.   SMEOnffline
56.   X-Habbie Crew
57.   Karampuang Linux

2.    Daftar Turunan Unix:
1.  A/UX
2.  Domain/X
3.  Darwin
4.  CTIX
5.  Distrix
6. UniCOS
7.  DG/UX
8.  Digital Unix
9.  Ultrix
10.   CLIX
11.   HP/UX
12.   Tru64
13.   AIX
14.   Coherent
15.   XENIX
16.   DVIX
17.   Unix Ware
18.   SCO Unix
19.   SCO Xenix
20.   SCO Open Server
21.   Dynix
22.   Sinix
23.   IRIX
24.   SunOS
25.   Solaris
26.   Open Solaris
27.   Illumos
28.   Eunice
29.   Uniplust
30.   BSD Unix
31.   BSD/1
32.   OSF/1
33.   GNU/Linux
34.   GNU/Hurd
35.   FreeBSD
36.   NetBSD
37.   OpenBSD
38.   NextStep
39.   Minix
40.   Mach
41.   UNIS System V
42.   QNIX

3.    Daftar Turunan Windows
1. Windows 1.0
2. Windows 2.0
3. Windows 3.0
4. Windows 3.1
5. Windows NT 3.1
6. Windows NT 3.5
7.       Windows Workgroups 3.11
8. Windows 95
9.       Windows m.4.0
10. Windows  98
11. Windows 2000
12. Windows ME
13. Windows XP
14.   Windows Server 2003
15.   Windows Vista
16.   Windows Server 2008
17.  Windows 7
18.  Windows 8
19.  Windows 8.2

Contoh Macam-Macam Sistem Operasi Berbasis Linux, Unix, Dan Windows

Posted by : Unknown
Date :Selasa, 10 Februari 2015
With 1 komentar:

Belajar Fotografi Dan Pengaturannya

|
Baca selengkapnya »

Belajar Fotografi

Memahami Konsep ISO

Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif sensor terhada cahaya.


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah komunitas lebah.
  • Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO 100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja.
  • Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah pekerja.
Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya set ISO di 200 sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?
pengertian-ISO-fotografi
Secara garis besar:
  • Saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 (dalam aperture yang selalu konstan – kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture Priority – A atau Av), kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2 kali lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik.
  • Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan foto sampai separuhnya lagi: 1/500 detik.
  • Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh, kita namakan menaikkan esksposur sebesar 1 stop.
Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter Priority – S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan 2; missal dari 100 ke 200 ke 400 …dst, lihatlah perubahan besaran aperture anda.

Memahami Shutter Speed

Secara definisi, shutter speed adalah rentang waktu saat shutter di kamera anda terbuka. Secara lebih mudah, shutter speed berarti waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.
Supaya mudah, kita terjemahkan konsep ini dalam beberapa penggunaannya di kamera:
  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization (dibahas dalam posting mendatang)
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
  • Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut. 

Memahami Aperture & Depth of Field

Setiap kali berbicara tentang fotografi dan kamera, kata-kata aperture serta depth of field akan sering sekali keluar. Nah dalam artikel ini belfot akan mencoba membantu anda memahami aperture dan depth of field sehingga cukup jelas bagi pemula.

Memahami Aperture

Definisi aperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat kita mengambil foto.
Saat kita memencet tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, nah setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya yang akan masuk terbaca oleh sensor.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.
apertureJadi dalam kenyataannya, setting aperture f/2.8 berarti bukaan yang jauh lebih besar dibandingkaan setting f/22 misalnya (anda akan sering menemukan istilah fully open jika mendengar obrolan fotografer). Jadi bukaan lebar berarti makin kecil angka f-nya dan bukaan sempit berarti makin besar angka f-nya.

Memahami Depth of Field

Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field (DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.
PICT0235_mdUntuk mendapatkan DOF yang lebar gunakan setting aperture yang kecil, misalkan f-22 (makin kecil aperture makin luas jarak fokus) – lihat contoh foto diatas. Sementara untuk mendapat DOF yang sempit, gunakan aperture sebesar mungkin, misal f/2.8 – lihat contoh foto dibawah.
PICT0236_mdKonsep Depth of Field ini akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, namun sebenarnya semua spesialisasi akan membutuhkannya.

Memahami Stop Dan Segitiga Exposure Dalam Fotografi

Kalau sampai detik ini, kata stop dalam fotografi masih membuat anda bingung, silahkan simak penjelasan singkat ini.
Stop

Definisi Stop

Stop dalam fotografi kurang lebih memiliki arti mengubah jumlah cahaya yang diterima sensor/film sehingga mempengaruhi exposure foto. Tambah satu stop berarti lebih terang 2 kali, tambah 2 stop berarti lebih terang 4 kali. Kurangi satu stop berarti lebih gelap setengah kali. Satu stop berarti mengubah jumlah cahaya sebanyak kelipatan 2.
Sebagaimana anda ketahui, jumlah cahaya yang diterima sensor kita namai exposure. Dan naik satu stop berarti meningkatkan exposure sebanyak 2 kali. Aksi menaikkan atau mengurangi exposure bisa dilakukan dengan mengubah salah satu atau gabungan tiga elemen yang menyusun segitiga exposure: shutter speed, aperture dan ISO.
Agak abstrak ya? oke satu perumpaan agar jelas. Katakanlah dikamar anda ada 4 lampu 100 watt dan keempatnya menyala. Karena stop adalah perubahan gelap terang, maka turun satu stop artinya anda mematikan dua lampu sehingga hanya dua lampu yang menyala. Sementara naik satu stop berarti anda harus membawa 4 lampu lagi dengan watt yang sama. Dalam kasus ini, kamar adalah sensor di kamera digital semantara cahaya lampu adalah exposure-nya.
Stop dan Shutter Speed
shutter speed mengukur berapa lama sensor menerima cahaya. Semakin lama shutter speed berarti semakin banyak cahaya yang diterima sensor yang artinya menaikkan exposure. Dalam shutter speed, satu stop penuh mudah diingat karena merupakan hasil pembagian bilangan dua (dengan pembulatan): 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Pindah satu stop berarti lompat sekali, misal dari 1/30 ke 1/125. Pindah 2 stop berarti lompat dua kali.

Stop dan ISO

Juga mudah dalam ISO, tinggal kali 2 berarti anda naik satu stop. ISO 100 ke ISO 200 berati satu stop, 200 ke 400 dan seterusnya. Kalau ditanya ada berapa stop dari ISO 100 ke 1600? nah pintar, ada 4 stop. .

Stop dan Aperture

Agak lebih susah dalam aperture karena bilangannya melomcat-loncat: f/1, f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16 dst.

Apa Hubungan Stop Dengan Ketiganya?

Katakanlah anda menggunakan setting awal kamera seperti ini: 1/125, f/8 dan ISO 100. Karena hasil fotonya under exposure (gelap) anda naik satu stop yang artinya bisa tiga hal: 1/60, f/8, ISO 100 (hanya shutter yang berubah). Atau 1/125, f/5.6 ISO 100 (hanya aperture yang berubah). Atau 1/125, f/8 ISO 200 (hanya ISO yang berubah). Semua perubahan bernilai satu stop.

Belajar Fotografi Dan Pengaturannya

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar

Belajar Fotografi: Memahami Konsep Exposure

|
Baca selengkapnya »

Seringkali setelah membeli kamera digital baik slr maupun point & shoot, kita terpaku pada mode auto untuk waktu yang cukup lama. Mode auto memang paling mudah dan cepat, namun tidak memberikan kepuasan kreatifitas.

Bagi yang ingin “lulus dan naik kelas” dari mode auto serta ingin meyalurkan jiwa kreatif  kedalam foto-foto yang dihasilkan, ada baiknya kita pahami konsep eksposur. Fotografer kenamaan, Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku berjudul Understanding Exposure yang didalamnya diterangkan konsep eskposur secara mudah.
Peterson member ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami eksposur, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.
long eksposure
Ketiga elemen tersebut adalah:
  1. ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
  2. Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
  3. Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut eksposur.  Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.
Perumpamaan Segitiga Eksposur
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami eksposur adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini saya menyukai perumpamaan segitiga eksposur seperti halnya sebuah keran air.
  • Shutter speed adalah berapa lama kita membuka keran.
  • Aperture adalah seberapa lebar kita membuka keran.
  • ISO adalah kuatnya dorongan air dari PDAM.
  • Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera.
Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak kita mendapat ide dasarnya. sebagaimana anda lihat, kalau exposure adalah jumlah air yang keluar dari keran, berarti kita bisa mengubah nilai exposure dengan mengubah salah satu atau kombinasi ketiga elemen penyusunnya. Anda mengubah shutter speed, berarti mengubah berapa lama keran air terbuka. Mengubah Aperture berarti mengubah seberapa besar debit airnya, sementara mengubah seberapa kuat dorongan air dari sumbernya.

Belajar Fotografi: Memahami Konsep Exposure

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Next Prev

About Me

▲Top▲